KISAH TEMAN
November 04, 2013
da kekakuan pembelajaran diri untuk berteman, iringan waktu
memahamkan tentang "Teman". memang sulit awalnya mengiringi langkah dan
keserasian asa denganmu teman, Ibarat batu yang sabar, karena ditetesi
air hujan dan akhirnya berlubang. Kita semua ibaratnya batu dan air
hujan. Walaupun awalnya kau sempat sorakkan dengan lantang "Aku adalah
batu!" dan "Aku adalah hujan!", dan bahkan tak ada yang mau mengaku "Aku
adalah angin sepoi yang siap menyejukkan!".
Kita tetap bersikukuh dengan pengibaratan masing-masing, waktu dua bulan bukanlah sedikit, ada rentetan kisah panjang yang dilalui. Aku tidak tahu kata berhasil itu bisa mengiringi atau tidak?:0, yang jelas ada
segores duka ketika kita bersikukuh dengan pengibaratan masing-masing. Hanya saja duka itu ia simpan, agar nantinya ia bisa sorakkan dengan lantang "Aku adalah angin sepoi yang siap menyejukkan".
Perlahan dan dengan pasti di penghujung kisah teman, kau dengan diammu dan singkirkan pengibaratan diri, berhasil dengan kepastian diiringi sorakkan lantang "Aku adalah angin sepoi yang siap menyejukkan". Kau hembuskan aliran angin sepoi kesemua sosok teman yang iringi perjalanan. Akhirnya, kita berpikir sejenak, ada kesatuan iringan langkah disini, citamu dan citaku tak jauh berbeda, dan sejenak kita juga berpikir untuk menyepakati bahwa ego ini tak pantas untuk dipertahankan.
Kita bisa menorehkan kisah indah, yang tak langsung dengan kata indah kita wujudkan. Tapi dengan kesatuan pemahaman dan keinginan.
Di ujung kisah ini, kita berhasil sorakkan dengan lantang " Aku dan kau ingin menjadi angin sepoi yang siap menyejukkan".
Dengan iringan bulir air mata dipenghujung kisah teman, kita mampu wujudkan KISAH INDAH dengan rentetan pertualangan ukiran kisah teman tak terlupakan.......
Moment Of Nagari Kudu Gantiang.............!!!!(Bumi Langit Sastra)
Kita tetap bersikukuh dengan pengibaratan masing-masing, waktu dua bulan bukanlah sedikit, ada rentetan kisah panjang yang dilalui. Aku tidak tahu kata berhasil itu bisa mengiringi atau tidak?:0, yang jelas ada
segores duka ketika kita bersikukuh dengan pengibaratan masing-masing. Hanya saja duka itu ia simpan, agar nantinya ia bisa sorakkan dengan lantang "Aku adalah angin sepoi yang siap menyejukkan".
Perlahan dan dengan pasti di penghujung kisah teman, kau dengan diammu dan singkirkan pengibaratan diri, berhasil dengan kepastian diiringi sorakkan lantang "Aku adalah angin sepoi yang siap menyejukkan". Kau hembuskan aliran angin sepoi kesemua sosok teman yang iringi perjalanan. Akhirnya, kita berpikir sejenak, ada kesatuan iringan langkah disini, citamu dan citaku tak jauh berbeda, dan sejenak kita juga berpikir untuk menyepakati bahwa ego ini tak pantas untuk dipertahankan.
Kita bisa menorehkan kisah indah, yang tak langsung dengan kata indah kita wujudkan. Tapi dengan kesatuan pemahaman dan keinginan.
Di ujung kisah ini, kita berhasil sorakkan dengan lantang " Aku dan kau ingin menjadi angin sepoi yang siap menyejukkan".
Dengan iringan bulir air mata dipenghujung kisah teman, kita mampu wujudkan KISAH INDAH dengan rentetan pertualangan ukiran kisah teman tak terlupakan.......
Moment Of Nagari Kudu Gantiang.............!!!!(Bumi Langit Sastra)
0 comments