Pagi ini dapat telpon dari guru di Pesantren nun jauh di Tapian Danau Ateh Pondok Pesantren Dr.M.Natsir Alahan Panjang. Kita koordinasi terkait persiapan acara besok dalam rangka hari ibu, evaluasi persiapan ini dan itu, salah satu yang membuat beliau khawatir adalah peserta apalagi hari hujan yang membuat orang malas untuk bepergian, ah ini kebalikan dari sebenarnya ya, hujan adalah pembawa rezeki, dan main hujan-hujanan itu asyik banget.
Saya biasa memanggil beliau dengan sebutan “Bunda”, dari balik telponan terdenger gemericik hujan tersebut,
A: berarti sedang hujan pagi ini bunda
B: iya ini sedang hujan,
A: bukannya hari ini adik2 santri/santriah menerima Lapor Sekolah Bunda?
Dikabarkan dari nagariku nan Indah di Lembah gumanti,
Curhatan hati dari sang adik.
Uni…
Pemandangan indah yang selalu uni posting tentang ke indahan nagari kita,
pudar bersembunyi dibalik asap uni
Tiap hari kami dari sekolah bisa memandang ke danau dan ke gunung itu.
Sekarang tidak kelihatan lagi
Sekarang pergi kemana-mana kami harus pakai masker
Sudah tidak bebas bernafas uni
Sesak sudah dada ini uni
Bahkan sekarang kami diliburkan sekolah uni.
Berharap Allah turunkan hujan segera uni
Bukan hanya untuk menghalau asap uni
Tapi Bawang, Cabe, Kopi, serta sayuran butuh air untuk tumbuh berkembang
Mereka sudah kering kerontang, hampir menyerah untuk hidup….
Dik
Allah lagi menguji kita…
Bersabar dan Bersyukurlah
Dan teruslah berdoa diwaktu mustajab
Serta berdoalah untuk pemimpin negeri ini agar dibukakan hati…..
Dan rajinlah belajar dik, agar kita bersama membangun negeri ini
Yogyakarta, 22 September 2019
Gunung Talang, dan hamparan rerumputan di tepian Danau Ateh ini menjadi salah satu spot favorit saya. Walau sudah tidak terhitung berapa kali melewati dan singgah, rasa syukur dan cinta semakin bertambah tidak hanya kerena indahnya pemandangan dan sejuknya suhu yang bikin pipi memerah. Jika menelusuri bagaimana pemandangan Danau Ateh semenjak kecil, hamparan rawa yang sudah ditumbuhi rerumputan ini belumlah seluas sekarang. Dulunya air danau masih memenuhi rawa-rawa ini, tapi semakin lama rawa-rawa semakin meluas karena debit air Danau semakin berkurang.
Subarang Danau Ateh |
Apakah semakin melebarnya rawa-rawa dan mengecilnya Danau Ateh ini bisa dibuktikan? Perlu kita lacak literatur yang menulis seputaran Danau Ateh ini. Sebelumnya Rasa kepo ini pernah di buktikan oleh sekelompok siswa SMA Pondok Pesantren Dr.M.Natsir. Di Pondok Pesantren Dr.M.Natsir ada sebuah organisasi siswa dengan nama KIR (Kelompok Ilmiah Remaja), tapi sekarang KIR sebagai organisasi yang mencetak siswa yang gemilang sudah dibekukan akibat peristiwa yang menimpa salah satu anggota KIR ketika berenang di Danau Ateh.
Salah satu impian nantinya ketika pulang yang ingin di wujudkan adalah mendirikan “Rumah Joeang Mohammad Natsir”.
Sebenarnya impian ini sudah ada semenjak sekolah di Pondok Pesantren Dr.M.Natsir Alahan Panjang tahun 2004 sekarang sudah tahun 2019 walaupun impuan itu belum terwujud yang jelas satu persatu bukunya mulai terkumpulkan. Konsepnya sudah di rancang tapi Entah akan seperti apa konsep yang akan terwujud nanti, yang jelas impian ini bukan untuk diri sendiri tapi untuk kecerdasan kehidupan bangsa.
Pon Pes Dr. M.Natsir |
Ini memang tidak muncul begitu saja, enam tahun mondok dan salah satu visi misi pondok adalah untuk melahirkan Natsir-Natsir muda. Nilai dan perjuangan Mohammad selalu disampaikan apalagi pas pertukaran pelajar ke University Malaya Malaysia selama enam bulan. Selama di malaysia selain berkecimpung dengan sejarah Asia Tenggara, Malaysia dan alam Melayu, tidak terlepas juga dari bagaimana pengaruh pemikiran Hamka dan Mohammad Natsir di malaysia. Hal ini membuat saya semakin cinta sama Indonesia.
Tapi project Ini butuh kaloborasi dari berbagai pihak apalagi tidak hanya sekedar Rumah Joeang tetapi juga, bagian dari Museum, kemudian Institusi Bundo Kanduang, di tambah dengan wisata agro kopi bawang dan lainnya apalagi kalau berdirinya di tapian danau. Yang jelas saya mencoba menuliskan impian ini sebagai wujud doa yang mendalam semoga terkabulkan. Mana tau ada orang luar biasa yang membaca tulisan ini dan turut serta berpartisipasi dalam mewujudkan impian ini, walaupun hanya dengan menyumbangkan sebuah buku.
Tulisan ini di Tulis di perumahan depan UGM Yogyakarta dan selesai di kala azan ashar berkumandang, 07 Maret 2019.