Dia Baru Saja Datang dan Telah Pergi
November 04, 2013
“Assalamualaikum..Gak usah repot-repot
dek, kak minta doanya aja, supaya bisa dipermudah dan berhasil disana
nantinya..! Nanti kalau sudah sampai di kampung kak kabari Amel ya, Jazakallah
atas perhatian dan ukhuwahnya. Semoga bisa ketemu kakak lagi”. Sender: Kak
Putri.
Hati
mendadak membuncah, terharu sekaligus terkesima ketika membaca sebait SMS yang
sengaja dikirimkan oleh seorang kakak sebagai tanda perpisahan. Perasaan sedih
akan kehilangan kembali berkelebat memenuhi rongga dada, karena serasa baru
kemarin bersua dengan dia yang telah ku anggap sebagai kakak dan teman yang
mengertikan ku akan sesuatu di
jalan dakwah ini. Dan serasa baru kemarin bercengkrama tentang apa saja…
jalan dakwah ini. Dan serasa baru kemarin bercengkrama tentang apa saja…
Aku
(penulis red) masih ingat betul bagaimana sapa pertama kita. Kita memang
ditakdirkan disatu almamater yang sama dengan mu di Fakultas Sastra Universitas
Andalas, hanya saja dirimu lima tahun lebih dulu masuk dan berkecimpung di
Fakultas. Aku termasuk orang yang cukup mengenal akan dirimu dan karya mu di
jalan ini. Dengan beribu kepolosanku, dan keingintahuanmu kitapun semakin
dekat. Walaupun dirimu sibuk dengan tugas akhirmu sementara aku orang yang lugu
akan dakwah dan ukhuwah, tapi tidak membuat kita menjadi jarang berdiskusi, apalagi
ketika dirimu sudah menyapa kabar ku, kondisi hatiku dan kondisi psikologi ku,Wahh!!dan
dirimu ternyata termasuk orang yang mahir mengenai hal itu.
Sebenarnya sudah banyak yang dirimu ajarkan tentang jalan ini kepadaku, hampir tiga tahun ukhuwah ini terajut walau hanya sekedar tawa, canda biasa ataupun sampai debat hebat hingga marahan. Semua begitu terkesan. Tak muluk, ketika kata perpisahan itu diungkapkan, pikiran kembali mereview kenangan bersamanya. Seperti saat dimana kita pernah hujan-hujanan malam itu, seperti menantang kilatan petir kala itu, sangat miris hari itu, sebuah keresahan yang kudapati mengenai labilnya diri ketika awal mengenal dunia dakwah dan tarbiyah ini. Tapi dirimu senantiasa menjadi pendengar apa yang ku keluhkan ketika itu. Dirimu pun siap memberikan tompangan kala itu dan aku pun sanggup untuk bermalam-malam di sebuah kamar kos yang cukup luas yang dirimu ku jadikan tempat untuk berkeluh kesah. Aku seperti mendapatkan ketenangan ketika ku mampu mencurahkan keluh kesah ku saat itu padamu, keluh kesah ku tentang hidup, dakwah, tarbiyah, ukhuwah, hati, bahkan tentang kehidupan yang sudah kujalani selama ini. Seakan tak ada hal kecil yang kututupi dari semua itu, dan dirimu pun senantiasa memberikan dekapan hangat dan nasehat agar aku kuat dan tak terkalahkan oleh goncangan apapun yang akan meruntuhkan semangat ku. Ketika kurasa kuat aku pun menata kembali apa yang harus kepersiapkan untuk menata hidup.
Sebenarnya sudah banyak yang dirimu ajarkan tentang jalan ini kepadaku, hampir tiga tahun ukhuwah ini terajut walau hanya sekedar tawa, canda biasa ataupun sampai debat hebat hingga marahan. Semua begitu terkesan. Tak muluk, ketika kata perpisahan itu diungkapkan, pikiran kembali mereview kenangan bersamanya. Seperti saat dimana kita pernah hujan-hujanan malam itu, seperti menantang kilatan petir kala itu, sangat miris hari itu, sebuah keresahan yang kudapati mengenai labilnya diri ketika awal mengenal dunia dakwah dan tarbiyah ini. Tapi dirimu senantiasa menjadi pendengar apa yang ku keluhkan ketika itu. Dirimu pun siap memberikan tompangan kala itu dan aku pun sanggup untuk bermalam-malam di sebuah kamar kos yang cukup luas yang dirimu ku jadikan tempat untuk berkeluh kesah. Aku seperti mendapatkan ketenangan ketika ku mampu mencurahkan keluh kesah ku saat itu padamu, keluh kesah ku tentang hidup, dakwah, tarbiyah, ukhuwah, hati, bahkan tentang kehidupan yang sudah kujalani selama ini. Seakan tak ada hal kecil yang kututupi dari semua itu, dan dirimu pun senantiasa memberikan dekapan hangat dan nasehat agar aku kuat dan tak terkalahkan oleh goncangan apapun yang akan meruntuhkan semangat ku. Ketika kurasa kuat aku pun menata kembali apa yang harus kepersiapkan untuk menata hidup.
Dua
hari ini pula aku menyaksikan kepergian mu yang sudah menyelesaikan studi
mu. Luluh hati ketika tak bisa berkata
apa-apa. Ternyata toga yang kau kenakan pada saat Wisuda Fakultas pada saat itu
mengisyaratkan bahwa ini pasti terjadi. Wisuda itu membisikkan bahwa kita tak
selamanya bisa bersama lagi disini. Perpisahan mesti dilakoni, karena dirimu
punya jalan hidup sendiri begitupun aku. Kilatan cahaya kamera digital
mengabadikan kita berdua dan dirimu pada saat itu menggunakan seragam
kesarjanaan. Dan bersama kilatan cahaya itu juga semoga ukhuwah kita abadi.
Harapan akan bersua lagi takkan pernah mati, karena ku sangat percaya dirimu
begitu berharga untuk dilupakan karena ukhuwah tak sekedar diucapkan.
Selamat jalan kakakku,..
Selalulah berani bermimpi dan mewujudkan
mimpi
Karena hari tak selalu malam
Dan, kita menangkap bintang
Saat ini….Kota Metropolitan menanti
untuk kau taklukan
Lewat dakwah, tarbiyah dan ukhuwah
Yang siap kau sajikan..( Bumi Langit
Sastra)
Buat:
Kak Wakhana Putri
Padang
2011
Sejatinya
ukhuwah seorang teman dan kakak
0 comments