Biarkanku cabut bulu landak didirimu

November 06, 2013



            Disaat matahari itu muncul seiring dengan pagi yang cerah. Pagi itu seperti biasa mempersiapkan diri untuk aktivitas sehari-hari. Tapi???? Sepertinya ada yang tak biasa.....ada yang salahkah pada diriku? Sehingga guratan wajahmu pun lesu. Hatikupun bertanya “Apa yang menyakitimu saudaraku? Sehingga kau seperti ini“ sontak, akupun sempat terenyuh, tenggelam dalam sejuta pertanyaan yang merajai pikiran. Selintas terbayang akan expresi dan kata-kata seseoarang yaitu “tak apa-apa”.
            Kupaksakan kata “tak apa-apa” itu berkelebat dalam dalam hati walaupun sebenarnya “pasti ada apa-apanya” tetapi
tetap mencoba biasa.
            Dan sore itu aku pulang dalam keadaan kuyup diguyur hujan. Tapi, aku bahagia karena  aku bisa menari bersama hujan untuk seketika ku buang rasa khawatir itu. Setibanya di rumah, rasa tak mengenakkan itu kembali muncul sehingga pertarungan hebat berputar dipikiranku antara kata-kata “tak apa-apa” dan “pasti ada apa-apanya”.
            Dan ternyata benar semua itu ada apa-apanya, tapi yang begitu menyedihkan aku hanya mendapatkan guratan wajah pahit, dan lengahan gesture tubuh yang tak menyenangkan. Mencoba mengatasinya dengan banyak berzikir dan menjawab semua pertanyaan itu dengan kepositifan pikiran “oh....mungkin ia letih karena seabrek aktivitasnya”.
            Tapi.....kembali lagi keanehan itu kurasakan dan sangat menyesakkan, saudaraku kau menangis larut dalam kesedihanmu sendiri, tak sedikitpun ada cerita.
Saudaraku.....aku mencintai mu karena Allah.
Aku ingin ketika kau menangis ada aku orang pertama mengusap air matamu....
Ketika  kau bersedih aku orang pertama yang kau tumpahkan kesedihanmu... 
Aku ingin aku adalah orang pertama yang disaat kau sakit aku ada menemanimu...
Dan aku tak ingin hanya berada dalam bahagia mu saja...
            Saudaraku.....dengan sejuta pertanyaan yang tak kudapatkan jawabanya, yang pada akhirnya hanya bisa tertumpah dalam bulir-bulir yang menggenang. Dan namamu akan terselip dalam setiap rabithah ku...
            Saudaraku...seketika masih ada kekesalan tau kesalahan atas diriku hanya maaf yang diiringi aliran ketulusan yang terlontar dari lisanku.
            Aku ingin ceria itu kembali, kesedihan yang berefek itu membuatku geram seketika seperti bulu landak yang akan menyakiti semua. Dan aku siap mengambil gunting yang sudah diasah untuk kugunakan menggunting bulu itu. Tapi kurasa ada yang berkata dengan solusi “aku akan gunakan tang untuk mencabut bulu landak yang ada didirimu”
            Sehingga bahagia itu berhasil mendominasi. Dengan keyakinan “aku akan bersamamu dan akan selalu ada untuk dirimu”

#Gerakan mencabut bulu landak untuk sebuah keceriaan...(By Bumi Langit Sastra)


You Might Also Like

0 comments

FOLLOW ME IN

Twitter Facebook Instagram

Advertise

Get All The Latest Updates Delivered Straight Into Your Inbox For Free!