Afwan
(maaf) sering dijadikan sebagai senjata pamungkas dikalangan aktivis
dakwah untuk menutupi segala permasalahan yang ditimbulkannya.
Akhwat A: ukhti, gimana pamflet kemaren, sudah slesai? Kita harus lansung sebar sekarang ukh,,,, Akhwat B: afwan ukht, kemaren ana belum smpat bikin karna ada agenda lain. (menamatkan film korea terbaru) *_*
Akhwat A: aduh, trus gimana ya ukh, acara nya kan besok pagi. Sudah 2 minggu loh pnempelan fampletnya di undur trus.
Akhwat B: ya, mau gimana lagi. Ana kan tadi sudah bilang “Afwan” ukh.
Akhwat A:tapi ukh,,, (diam) T_T
Ck.ck.ck
ternyata “afwan” memang kren abiizzzz,,, jitu, ketika afwan sudah
terucap maka lawan bicara hanya bisa diam sambil berkata dalam hati
“Afwan lagi. Afwan lagi. Dasar kader TEKWAN (stek2 afwan). Awas ya, klu
ana nanti jadi ketum, program pertama ana adalah menghapuskan kata AFWAN
yang tak BERESENSI dari dunia per-ikhwanan dan dunia per-akhwatan.
GUBRAK!!!
Ikhwah, cukupkah semuanya diselesaikan
dengan AFWAN??? Ketika agenda dakwah tertunda atau bahkan terpaksa
dibatalkan karena kita yang tidak amanah, apakah bisa terampuni hanya
dengan sebuah AFWAN dari kita? Ketika saudara kita sudah menunggu kita
berjam-jam untuk rapat ditempat yang telah disepakati, apakah cukup
dengan AFWAN kita bayar semua waktunya yang terbuang? sekali lagi
ikhwah, selesaikah semuanya hanya dengan sebuah kata AFWAN???
Ikhwah, sadarlah, walaupun saat sekarang ini kita bisa menutupi
kesalahan kita didepan saudara kita yang lain dengan kata “afwan” dan
beribu alibi tak beralasan lainnya yang kita lontarkan, itu tidak akan
dapat membantu kita di hari pembalasan nanti. Karna hal sekecil apapun
yang kita lakukan didunia ini pasti ada balasannya, apalagi terkadang
sampai membuat kita secara tidak sadar menzalimi saudara kita sesama
aktivis lainnya. Ingatlah, tak kan ada tindakan kita didunia ini yang
luput dari pengawasan Allah. di dalam Al-quran dijelaskan “sesungguhnya,
Tuhan mu benar-benar mengawasi” (QS. Al-Fajr: 14)
Terkadang kita sering terlena dengan kesabaran yang dimiliki oleh
saudara kita sesama aktivis dakwah yang selalu menerima “afwan” yang
kita berikan dengan lapang dada. Sehingga ketika “afwan” pertama
berhasil menyelamatkan kita maka dengan gampangnya “afwan” ke 2,3,4,5
dst juga meluncur dari mulut kita bersama dengan alasan tak bermakna
yang kita siapkan.
*catatan: Tulisan ini
ditulis bukan karna diri ini merasa sudah menjadi kader yg mylitan.
Mungkin ana juga termasuk tersangka dalam hal ini, atau jangan2 malah
menjadi tersangka utama (na’uzubillah).
Tulisan ini
diperuntukkan lebih kepada diri sendiri yang saat ini sedang berusaha
untuk menjadi aktivis dakwah yang lebih baik. Agar menjadi lebih pantas
untuk menyandang status aktivis dakwah. Dan agar Rasulullah SAW kelak
juga dengan bangga mengatakan bahwa ana termasuk kedalam umatnya yg
dicintainy.Nesa Ewina
Mahasiswa Pascasarjana yang sedang mendalami sejarah dalam berbagai multidisiplin ilmu terutama Sejarah Kesehatan, Pariwisata dan Perempuan di Universitas Gadjah Mada
Info lebih lanjut bisa email wahyusrikandi117@gmail.com
0 comments