Saya sebagai anak yang bukan berasal dari pantai bertemu pantai sungguh girang bukan kepalang. Kalau bukan anak dari pantai trus saya anak gunung? Tidak bisa juga diartikan seperti itu, saya berasal dari sebuah desa yang di kelilingi dengan bukit-bukit dengan suhu pernah 7℃atau 8℃ stabilnya 22℃ beberapa KM dari ksmpung ada Danau Ateh dan Danau Bawah yang dikenal dengan Danau Kembar. Siapa yang datang kesana akan jatuh cinta dengan pesona Kota Dingin Tanpa Salju, apalagi dengan gadis berpipi merah jambu ke pink-pink an. Kalau teori pipi merah jambu ke pink-pink an bisa jadi karena saking dinginnya.
Pantai Aie Manih Batu Malin Kundang |
Kali ini saya bukan mau bercerita tentang Kota Dingin Tanpa Salju, kalau bercerita ini tidak akan selesai, sehingga untuk kali ini saya akan bercerita tentang pantai, Pantai Padang. Kota Padang menyimpan beribu pesona indah. Disini saya mulai membangun mimpi semenjak tahun 2010 sampai tahun 2015. latar belakang pengen cerita ini tidak terlepas dari musibah yang menimpa saudara kita mulai dari Lombok, Palu dan sekarang saudara-saudara disekitar Selat Sunda, yaitu sekitar Lampung dan Banten, ditambah dengan barusan gempa yang berpusat di Bengkulu dan sampai ke Kota Padang dengan kekuatan 5,7 skala richter (Minggu 30 Desember 2018).
Pantai menjadi salah satu objek wisata yang sangat disuka oleh kebanyakan orang, contoh pantai yang terkenal Pantai Kuta di Bali, Pantai Pink di Lombok, di Sumatera Barat pantai Padang, pantai Carocok apalagi area pantai Puncak Mandeh. Apalagi sekarang pantai tambah hits digunakan sampai tempat berbagai ajang sehingga hastag terkait pesona pantai begitu beragam dan banyak muncul terutama di instagram dengan beragam foto, mulai dari mengabdikan terbitnya mata hari sampai terbenamnya matahari, mulai dari pose satu orang sampai beribu orang, mulai dari yang menutup aurat sampai yang tidak sama sekali.
Padang sebagai kota yang terletak ditepi pantai memberikan kesempatan berbagai aktivitas masyarakat tidak bisa lepas dari pantai, bahkan Padang dikategorikan sebagai kota yang paling rawan Tsunami, karena kotanya lebih rendah dari pada lautan. Sehingga setelah musibah gempa tahun 2009 Padang menjadi kota yang lebih siaga akan tsunami. Sehingga sekarang kota padang mempunyai 33 shelter sebagai tempat berkumpul masyarakat ketika gempa atau diperkirakan Tsunami.
Padang sebagai ibu kota Sumatera Barat yang dihuni oleh sebagian besar suku Minangkabau yang berazaskan “Adat Basandi Syarak, syarak Basandi Kitabullah” atau bukanlah seorang Minangkabau jika tidak muslim. Berbagai literatur menuliskan bagaimana suku Minangkabau sangat kuat adat istiadat Minangkabaunya berdampingan dengan baik dengan kehidupan yang religius. Tapi terkait Pantai Padang, Pantai Padang hari ini beda jauh dengan dulunya indahnya masih tetap sama tapi sekarang lebih teratur, termanagemen dan bersih. Bahkan pantai Padang dipilih sebagai tempat lambang perdamaian dengan diresmikantya “Monument Merpati Perdamaian” oleh Presiden Republik indonesia Joko Widodo pada tanggal 12 April 2016 bersama angkatan laut 12 negara. Acara ini bagian dari latihan maritim berbagai negara yang digagas TNI angkatan laut yang lebih populer disebut “Multilateral Naval Exercise Komodo”.
Pantai Padang pernah menorehkan aib dinegeri Minangkabau yang dikenal dengan “Tenda Ceper Taplau Padang”. Tenda tersebut dijadikan sebagai ajang tempat mesum. Bahkan itu menjadi rahasia umum. Maka ketika pemimpin Kota Padang mengambil tindakan terkait itu, Pantai Padang sungguh nyaman untuk dikunjungi. Wali Kota Padang Buya Mahyeldi menepati janjinya ke rakyat, beliau multitalen, tidak hanya sebagai seorang buya tapi bisnis dan keindahan dari wisata belaiu perhatikan, sehingga “Tenda Ceper” bisa diselesaikan dengan damai bahkan pantai tersebut berhias taman-taman indah sekarang. Semakin ramai berkunjung begitu juga peluang bisnis.
Pantai Padang |
Musibah tidak bisa kita hindari, musibah diakibatkan karena ulah tangan manusia itu sendiri. Musibah Tsunami yang menimpa Indonesia juga tebang pilih, contohnya Allah menyelamatkan sebuah masjid ketika Tsunami Aceh, juga Tsunami Selat Sunda Kemaren. Begitu juga dengan musibah di Lombok dan Palu, desa yang bertetanggaan ada sebagian rumah yang ditelan bumi ada yang sebagian tidak, terlepas ini semua ada teori tsunami. Bahkan sebagai sejarawan kita mengevaluasi, bahwa orang banyak meninggal bukan karena perang tetapi malahan karena bencana alama seperti gempa, longsor, banjir dan tsunami. Semoga kita selalu mengambil pelajaran dari masa lalu untuk perbaikan masa depan.