Impian Panel Minangkabau
December 05, 2018
Selesai sudah, 3-4 Desember 2018 dilaksanakannya SSN
2018 atau seminar sejarah nasional yang setiap tahunnya sudah menjadi agenda
wajib sejarawan. Tahun ini sama tahun kemaren dilaksanakan oleh Departemen
Sejarah UGM bekerjasama dengan Direktorat Sejarah, Masyarakat Sejarawan
Indonesia (MSI) dan Persatuan Prodi
Sejarah Se Indonesia (PPSI). Tema pada tahun ini beda dengan tahun sebelumnya
yaitu “Paradigma dan arah baru pendidikan kesejarahan di Indonesia”.
Seminar Sejarah Nasional SSN 2018 |
Saya mencoba menjadi bagian dari acara ini dengan
mengirimkan abstrakt dan alhamdulillh lolos dari 300 pengirim lebih yang
diterima 125 lupa angka-angka yang disebutkan pak Margana. Hal yang paling saya
senangi pada SSN ini adalah karen ketemu para punggawa sejarah idola saya
seperti Prof. Gusti Asnan, Prof. Taufik Abdullah dan Prof Azyumardi Azra. Selain
ketiganya sama-sama berasal dari ranah Minang karya-karya orang ini berbeda di
panggung masing-masing. Pak gusti ahli sejarah Minangkabau, maritim,
pemerintahan dan lainnya. Saking luar biasanya beliau semua tema impian saya
rata-rata sudah beliau tulis sehingga ketika s1 saya dapat rezeki dibimbing
beliau.
Karena senang baca buku Prof Taufik membuat saya
pernah menginginkan kuliah ke Cornell University. Pas SSN kemaren saking pengen
dengar beliau ngomong saya sengaja menembus hujan lebat selesai shalat zuhur,
eh ternyata belaiu ngak jadi nampil senin, dengan kecewa saya mencoba mencari
panel yang sekiranya temanya saya sukai. Tiba di panel C ternyata saya duduknya
samping Prof Taufik, beliau konsentrasi banget, seperti tidak ingin diganggu
dengan cerita saya, saya mencoba diam dan pura-pura tidak kenal. Tapi dari
gerakana beliau sepertinya materi yang ingin beliau dengar sudah selesai dan
mau keluar, saya mulai kecewa karena ngak berani ngomong dan belaiu sudah
pergi. Selesai shalat ashar saya meliaht beliau duduk dan tidak sibuk disana
kesempatan saya berkenalan, panjang deh cerita kita dan beliau sangatt
mengapresiasi anak muda yang mau mendalami sejarah apalagi kata belaiu dari
Sumatera Barat. Ya beliau sudah sepuh sudah banyak luap terlihat ketika materi
yang disampaikan dengan membaca bahan yang beliau siapkan. Semoga semangat dan
kerja keras beliau mengalir kepada saya, pembaca yang budiman dan kita semua.
Semoga beliau diberi umur panjang dalam keadaan sehat,
dan saya diberikan kesempatan melihat beliau satu panggung dengan bapak Taufik
Ismail. Ya ini Duo Taufik yang saya senangi, apalagi terkait merangkai kata
menjadi puisi dan dibacakan dengan syahdu menginspirasi sampai menggugah hati. Saya
mengenal pak taufik ismail melalui puisi-puisi beliau apalagi sudah kerumah
beliau di padang panjang yang membuat saya terinspirasi mendirikan “Rumah Juang
Mohammad Natsir” ditambah dengan anugerah yang allah kasih kepada saya terkait
perasaan yang mudah tersentuh sehingga ketika membaca puisi semenjak SD di
acara-acara khusus, seperti perpisahan, perlombaan dan lainnya menjadi moment
yang tidak terlupakan dan ketika kuliah di fakultas sastra Unand dan tampil
baca puisi teman-teman dan senior jadi mengira saya jurusan Sastra Indonesia.
Terkait Prof Azyumardi Azra saya mengenal beliau
melalui buku jaringan ulama timur tengah dan banyak lagi buku-buku belaiu yang
lainnya. Bagisaya belaiu keren banget yang konsentrasi terkait sejarah Islam,
terserah tentang bagaimana kontraversinya teori dan oendapat-pendapat belaiu
yang bersebrangan dengan pendapat pribadi saya. Walau bertemu hanya diforum
khusus dan melalui buku beliau orang yang berani dan luar biasa, yah
akhir-akhir ini pendapat beliau sangat berani tentang Islam Nusantara. Bagi saya
belaiu tetaplah Azyumardi Azra yang sama yang saya kira sebelumnya seorang Profesor
sejarah yang perempuan dari Ranah Minang.
Saya mengimpikan tiga orang tokoh diatas satu panel
ditambah dengan buya Syafei Maarif. Di panel pak azra moderator mengatakan
kenapa Sumatera Barat bisa melahirkan profesor-profesor sejarah yang keren ada
sesuatu di Padang tsb. Ya benar, latar belakang Minangkabau turut menjadi sumbang sih lahirnya mereka,
dengan spesifikasi sejarah yang berbeda saya penasaran beliau-belaiu tampil
dalam satu forum bisa jadi temanya tidak lepas dari Minangkabau dan Islam.
Awalnya saya agak berat untuk hadir full disemua panel, apalagi pak Gusti tidak jadi datang, karena akan menyita waktu baca dan menulis saya untuk tesis, tetapi saya
berfikir sebaliknya dengan menghadiri forum ini bisa jadi membuka mata dan
fikiran saya untuk lebih tajam dalam menulis tesis. Ternyata benar saya bertemu
dengan orang-orang yang tidak terduga-duga melalui sharing dimeja panel, ketika
makan atau foto bersama saya diberikan suntikan ilmu yang tidak terkira. Apalagi
bersama dengan teman-teman satu angkatan sejarah yang juga semnagat menghadiri
dan tampil yang lebih memotivasi saya. Ya kita butuh teman untuk maju apalagi
teman hidup…..ea..
Jadi ingat cerita dengan seseorang terkait arah
fikiran kanan atau kiri. Bagi saya terserah siapa guru saya apakah beliau kiri
atau kanan, tapi yang menentukan kemana arah saya adalah saya sendiri dan
mereka tetaplah para guru saya yang mulia.
0 comments