Fokus

November 29, 2018


Banyak orang yang mencari bagaimana supaya fokus dalam aktivitas yang di hadapinya. Fokus kata lainnya adalah konsentrasi atau dalam dunia Islam lebih kepada Khusyuk. Salah satu yang paling dicari dan susah didapatkan adalah Khusyuk dalam shalat. Khusyuk dalam shalat adalah rezeki yang tidak pernah bisa diganti dengan yang lainnya. Khusyuk itu bukan berarti tidak mendengarkan.
Fokus, Kopi, Ngopi
Sebenarnya latar belakang saya menulis ini adalah ketika saat ini saya sedang berada diruang referensi utama perpustakaan UGM, disini saya merasa ruang yang paling nyaman di perpustakaan UGM rapi cantik dan tenang. Hari ini saya depan komputer, pagi-pagi dari kosan berangkat dengan semangat, tapi sungguh kenyamanan dan konsentrasi saya terganggu karena salah satu pengunjung dengan santainya nelpon.
Saya mau negur juga segan banget, jadi saya mencoba menuliskan ini sebagai salah satu metode mencari kekhusyukan saya bisa jadi dengan cobaan ini tesis saya tambah lancar.

Karena mengerjakan tesis bukanlah hal mudah dan main-main. Sebenarnya yang nyaman dan tenang itu dikosan kamar sendiri, tapi kamar bukan tempat yang tepat, akan ada aja kesibukan lain yang akan dikerjakan. Karena itu hijrah tiap hari ke kampus walaupun melakukan hal yang sama seperti membaca buku maupun nulis di laptop.
Selain tempat butuh media yang nyaman khususnya laptop, semester ini saya melalui hari dengan laptop bermasalah. Walau laptop baru satu setengah tahun tapi saya diuji dengan laptop baru itu yang harus diganti lagi.
Diruangan ini disediakan komputer saya bebas menggunakannya, laptopnya besar, internetnya lancar, tapi yang agak mengganggu adalah keyboardnya yang berbunyi-bunyi yang membuat saya enggan menarikan jari-jemari disini karena khawatir bunyinya mengganggu yang lain. Tapi yang jelas semua melakukan hal yang sama, jadi ini wajar.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah masalah waktu selain mbak ningrum yang menasehati saya terkait mengatur waktu dalam nulis tesis adalah ”bapak saya”
Yap bapak saya, beliau pembimbing tesis saya. Beberapa rangkuman dari nasehat beliau, kamu harus punya targetan waktu perhari untuk tesismu contohnya 8 jam tiap hari, yang lainnya untuk aktifitas lain. Kalau saya dulunya sampai malam bisa jadi 12 jam dan week ends harus off dari tesis. Lakukan hal yang lain, refreshing. Kata beliau
Selama tesis saya mencoba mempraktekan itu, saya ngerjain tesis siang, malam saya lebih milih istirahat dan aktivitas lainnya, karena dengan waktu 8 jam sehari kata mbak rani berapa yang efisien untuk tesis. Apalagi cobaan zaman sekarang adalah medsos seperti instagram, wa, fb dan lainnya. Sehingga banyak teman-teman saya yang milih untuk uninstal instagram untuk konsentrasi. Sedangkan whatsapp sudah jadi kebutuhan primer, semua kayak tergantung ke WA, pesan yang butuh dibalas cepat “fast respon”. Tapi intinya ini strategi diri kita, jangan sampai teknologi mengatur hidup kita apalagi dikendalikan, jadi ingat apa yang saya dan khairani lakukan agar lancar aktivitas. Kita ngatur diri kalau bangun tidur jangan sampai yang pertama kali dipegang adalah hp dengan cara punya jam dinding sendiri atau “Small Weker” karena modus kita megang hp pagi-pagi adalah lihat waktu.
Ternyata adik bungsu saya lebih keren, dia cerita terkait Yuni kakak kesayangannya yang sering mete-mete karena dia ngak angkat telpon pagi-pagi. Akhirnya dia menjelaskan kalau dia punya prinsip pagi-pagi itu tidak boleh pegang hp apalagi main socmed, wah ternyata adik aku semenjak gabung sama Menwa sudah sangat disiplin dan punya karakter.
Sekian dulu diari ketiga saya selama tesis ini….
Perpustakaan UGM, 29 November 2018



You Might Also Like

0 comments

FOLLOW ME IN

Twitter Facebook Instagram

Advertise

Get All The Latest Updates Delivered Straight Into Your Inbox For Free!