Assalamualaikum Indonesia
December 09, 2019Sedang asyik menelusuri beberapa spot menarik di Kota Leiden bersama bu Upik sambil berfoto, tiba-tiba terdengar sapaan “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, kita terhenti sejenak ternyata seorang pemuda sepertinya dari Maroko menyapa, langsung kita menjawab “waalksalam warahmatullahi wabarakatuh” dengan senyum. Sebagai pendatang baru tentu agak surprise dapat sapaan salam ditengah muslim yang minoritas.
Sapaan itu terus melantun setiap berpapasan dengan muslim lainnya, terutama dari ibu- ibu atau bapak-bapak setengah baya, tapi antara perlajar yang jelas-jelas pakai Jilbab tidak begitu kental saling memberi salam.
Lalu ketika ke pas sedang asyik memilih buah, sang pedagang menyapa dengan salam, hei mbak kata seorang dari Indonesia yang juga lagi berbelanja berkata “Mbak kamu di salamin tu, mingkin karena senaang memilih buah yang segar-segar plus murah jadi ngak dengar orang menyapaa, langsung Jawab waalaiksalam.
Mbak dia beri salam ke kamu karena kamu pakai jilbab, saya yang tidak pakai Jilbab di kira non muslim. Kejadian itu tidak satu kali tapi beberapa kali terjadi, di pasar tradisional Den Haag maupun di Leiden hal itu terjadi tidak terlepas karena sebagian besar pedagang adalah muslim dari Turki, Maroko. Mendominasinya non Eropa di Pasar Den Haag ini, seorang Belanda yang saya kenal mengungkapkan saya merasa orang asing di negara saya sendiri, karena di pasar Den Haag itu hanya saya asli Belanda, yang lainnya sudah berwarna katanya. Hal ini juga terjadi di bus, halte dan stasiun kadang percakapan tidak hanya sampai salam tapi berlanjut ke “Kamu dari Indonesia ya? Ya dan kamu dari mana? Bla..bla… tapi mayoritas mereka mengungkapkan sangat senang dengan orang Indonesia yang ramah, baik, negaranya Indah dan berbagai pujian lainnya dan dia berharap suatu saat diberi kesempatan Ke Indonesia.
Moment assalamualaikum ini menjadi spesial bagi saya karena walaupun berasal dari Indonesia yang mayoritas muslim, tapi salam tidaklah menjadi kebiasaan dalam bertegur sapa, salam biasanya digunakan untuk mengawali pidato,ceramah dan masuk rumah. Moment ini bisa saya alami tidak terlepas dari karena saya memakai jilbab, sehingga jilbab sebagai identitas seorang muslim benar-benar terasa dan teruji ditengah minoritas sebagai muslimah.
Terkait kebiasaan sapaan ini setiap budaya bangsa tentu berbeda kebiasaannya, begitu pula dengan kebiasaan bagaimana orang Belanda menyapa, hal ini semoga berkesempatan mengulas ditulisan selanjutnya.
Lalu bagaimana ketika sesama orang Indonesia berpapasan di Belanda. Konteks diatas terjadi sesama muslim juga dengan sebagian besar sesama dari Indonesia. Tetapi sesama Indonesia tentu ada hal spesifik, beberapa kali berpapasan, karena terlampau fokus apalagi ditengah dinginnya hari, sapaan
itu begitu akrab
“Hai Mbak”
Hai Juga, dari Indonesia ya?
Iya Mas… kita saling menyapa dengan senyum lepas seperti teman lama yang sudah lama tak bersua, tiba-tiba bertemu ditempat yang tak terduga.
Hal-hal kecil ini saya ceritakan juga ke teman yang kuliah di Leiden, tentu beliau lebih berpengalaman dan banyak mengetahui, beliau menjelaskan “sapa spesifik kayak gitu hanya dialami oleh orang Indonesia, yang lainnya ngak kayak gitu mbak, teman-teman saya dari negara lain tidak seperti kita yang dari Indonesia, saling menyapa dengan hangat dan gembira katanya. Kemaren itu yang uniknya saya lagi diatas sepeda disapa mbak2 yang lagi berjalan kaki
“Mbak dari Indonesia?
Iya mbak”….
0 comments