Tapian Danau Ateh

August 20, 2019


Gunung Talang, dan hamparan rerumputan di tepian Danau Ateh ini menjadi salah satu spot favorit saya. Walau sudah tidak terhitung berapa kali melewati dan singgah, rasa syukur dan cinta semakin bertambah tidak hanya kerena indahnya pemandangan dan sejuknya suhu yang bikin pipi memerah. Jika menelusuri bagaimana pemandangan Danau Ateh semenjak kecil, hamparan rawa yang sudah ditumbuhi rerumputan ini belumlah seluas sekarang. Dulunya air danau masih memenuhi rawa-rawa ini, tapi semakin lama rawa-rawa semakin meluas karena debit air Danau semakin berkurang.

Subarang Danau Ateh
Apakah semakin melebarnya rawa-rawa dan mengecilnya Danau Ateh ini bisa dibuktikan? Perlu kita lacak literatur yang menulis seputaran Danau Ateh ini. Sebelumnya Rasa kepo ini pernah di buktikan oleh sekelompok siswa SMA Pondok Pesantren Dr.M.Natsir. Di Pondok Pesantren Dr.M.Natsir ada sebuah organisasi siswa dengan nama KIR (Kelompok Ilmiah Remaja), tapi sekarang KIR sebagai organisasi yang mencetak siswa yang gemilang sudah dibekukan akibat peristiwa yang menimpa salah satu anggota KIR ketika berenang di Danau Ateh.


Salah satu program KIR waktu itu adalah penelitian terkait lingkungan Danau Ateh. Beberapa hal fokus kita adalah, sumber air di sekitar Danau Ateh, keberadaan Hutan, bagaimana Lanskap Danau Ateh, kehidupan sosial masyarakat  dan juga mewawancarai para orangtua yang sudah sepuh yang tinggal di sekitar Danau Ateh. Ah tapi sayang paper kita yang baru jadi siswa ingusan waktu itu belum layak publish.

Sekarang Danau Ateh mungkin menjadi bagian spot favorit para generasi milenial berfoto untuk di post di instagram. Tapi keberadaan Danau Ateh adalah bagian dari keseimbangan alam lingkungan, masyarakat dan segala komponen yang ada, terutama di Lembah Gumanti. Apalagi belum lama ini masyarakat dikejutkan dengan menguning dan berbau amisnya air Danau Ateh, ini sebenarnya sudah menjadi alarm bagi kita, agar kita bersama-sama menjaga keberadaan Danau Ateh. Apalagi sekarang lagi gencar-gencarnya program pemda Kabupaten Solok dibidang pariwisata.
Tapian Danau Ateh dari Masjid Ummi

Penelitian itu dulunya tidak terlepas dari falsafah “Katiko Gunuang Marapi Sagadang Talua Itiek” (Ketika Gunung Merapi Sebesar Telur Itik) falsafah ini menjelaskan keberadaan kapan nenek moyang orang Minangkabau sampai pertama kalinya di daerah Minangkabau. Tentu tidak masuk akal kalau gunung merapi yang berada di diantara Kabupaten Tanah Datar dan Agam sekarang sebesar telur bebek, mungkin kalau dilihat dari jauh kali ya? Tapi kalau kita menelusuri catatan dan fenomena bagaimana perubahan lanskap yang ada disekitaran Gunung Merapi, kita akan bisa mengetahui jawabannya. Begitu juga dengan Danau Ateh, jangan sampai Danau Ateh seperti Danau Kaciek sebagai sumber air masyarakat galagah sampai Batu Bagiriek yang berada di jorong galagah. Danau itu sekarang sudah tidak ada, tinggal hanya rawa-rawa yang ditumbuhi rerumputan.(WSY)

You Might Also Like

0 comments

FOLLOW ME IN

Twitter Facebook Instagram

Advertise

Get All The Latest Updates Delivered Straight Into Your Inbox For Free!