Langit Dedaunan Musim Gugur
April 19, 2020
Langit Dedaunan Musim Gugur
Semenjak WFH menikmati pemandangan alam sungguh sesuatu yang mewah. Bersyukurlah bagi teman-teman dan dunsanak yang tinggal di tengah pemandangan alam seperti salingkaran Gunung Talang sahamparan Danau Ateh dan Danau Bawah. Mulai hari ini selain diisi dengan kesibukan lain, mari kita manfaatkan WFH ini dengan berbagai hal yang menarik salah satunya dengan menulis. saya mencoba mengingat kembali apa saja perjalanan yang telah saya lakukan dengan review ulang melalui tulisan dan foto. Semoga cara ini bisa merasakan bagaimana nikmat keindahan alam itu dan mengajak para pembaca jalan-jalan secara virtual melalaui apa yang saya sajikan.
Seindah-indahnya ukiran dan gedung ciptaan manusia tiada lebih indah dari pada pemandangan alam ciptaan Allah. Perubahan daun-daun yang dari berwarna hijau menjadi kuning kemudian berguguran, memandangnya tiap hari masih terasa menyenangkannya sampai hari ini.
Apalagi 2 minggu terakhir sebelum pulang ke Indonesia dari Wassenaar bolak balik tiap hari ke Nationaal Archives Den Haag. Walaupun kantor arsipnya bukanya jam 10 sengaja pagi-pagi keluar rumah demi bisa jalan pagi menikmati pemandangan. Walaupun akibatnya pembuluh darah ditangan pecah akibat menahan dingin yang tidak bisa diatasi dengan jacket tebak dan sarung tangan yang hangat.
Mengingat musim ini terlahirlah sebuah puisi dengan judul Membunuh Rindu Dedaunan Musim Gugur dan Aku Daunmu yang Gugur untuk diikutkan lomba penulisan puisi dari FAM dengan tema “Daun Musim Gugur”. Walaupun puisi ini telah selesai, sampai deadline pengiriman ada aja halangan untuk mengirim.
Apa isi puisi tersebut? Sepertinya akan menimbulkan banyak tanya kalau di publish. Cukuplah waktu yang akan menjawabnya kapan akan di publis atau hanya akan jadi kenangan tersimpan di memory laptop kecuali ada yang diam-diam bisa membacanya.
0 comments