Malaya Punya Cerita
November 15, 2019Lagi Ingat Cerita Cinta di Malaya 2015 yang silam |
Karena lebih awal chek in dan petugas menyarankan agar naik pesawat yang sekarang aja.
Saya dan da el berfikiran sama, oh bisa gitu ya, petugas menambahkan ngak pa lebih awal kan ? Dari pada ketinggalan pesawat ke frankfurt nantinya? Langsung saya iyakan, karena mendingan lama transit di KLIA dari pada soekarno hatta yang saya udah biasa dsni.
Setelah tukar duit saya langsung masuk ke bagian imigrasi. Sebelumnya da el berpesan, ikhlaskan segal kekurangan sabar dan selamat berjuang disana. Bersyukur ada keluarga di Jakarta dan dianterin sampai ke pintu imigrasi sehinga dalam ngurus banyak hal saya ada teman bicara dan meredakan hati yg dag dig dan grogi menuju imigrasi.
Ketika masuk pemeriksaan imigrasi agak biasa aja, pertama saya dihadapkan dengan petugas cowok, entah kenapa dia bukan tegas tapi seperti cowok sok jual mahal, senyum dan ingin ramah tapi di sembunyikan. Apalagi ketika cek pasport saya.
Selanjutnya masuk kebagian pemerikasaan barang, sebenarnya saya agak dag dig dug. Karena ternyata barang dalam tas saya beratnya 10 kg sedangkan hanya boleh 8 kg belum di tambah laptop dan seperangkat alat mandi dan perawatan wajah, tapi da el sudah berpesan, ngak pa itu juga ngak kan di periksa nanti kok santai aja. Alhamdulillah benar ternyata, saya yang agak berfikir rumit, karena sudah tau kalau naik pesawat keluar agak ketat peraturannya.
Kemudian ketika pemeriksaan barang, petugasnya melihat sesuatu yang aneh. Saya udah yakin itu karena Andung mempersiapkan bekal dari rumah ada buah juga disana. Kemudian petugas bertanya apa yg saya bawa. Saya jelaskan, buah ternyata dia izinkan, kalau air tidak dia minta habiskan atau buang. Selanjutnya pemeriksaan passport, petugas imigrasi bertanya dimana itu Air Dingin, panjang lebar saya jelaskan bahwa itu daerah sumatera barat tepatnya kabupaten solok. Trus ngapain ke Belanda. Saya jelaskan dengan santai, masnya bilang saya juga alumni UGM tapi s1 katanya 2009. Ternyata kita satu almamater.
Selanjutnya saya di persilahkan ke gate 8 di lantai satu, karena banyaknya perubahan airport saya kurang hafal ternyata beda arah dan masih jauh perjalanan.
Dari jauh saya melihat, penumpang sudah antrian, akhirnya saya kejar2an karena melihat antrian yang panjang, dan membuat saya sangat haus.
Alhamdulillah tiba di pintu pesawat, pilotnya berkata dengan khas suara melayu, waw... Frankfurt,.... Buat apa kau di frankfurt, saya dengan tersenyum menjawab, sebenarnya saya menuju amsterdam hanya transit disana.
Ketika mengangakat bagasi saya minta tolong kepada pramugarinya, dengan melayu khas dia menjawab boleh bantu berdua, karena berat katanya. Dengan ramah seorang bapak-bapak membantu mengangkatkan barang kalau saya tidak salah beliau etnis Tionghoa.
Saya dapat tempat duduk di tengah 19E, di 19D ada seorang gadis ketika meminta selimut dengan pilot sepertinya india malaysia sedangkan 19 F dan 19 G adalah mak cik dari Malaysia. Pilot yang menyapa saya tadi selalu singgah ke tempat mak cik bisa jadi kenalan atau muridnya, mak cik di layani sekali dengan ramah, bahkan diberikan kesempatan pindah ke kelas bisnis, begitu juga dari segi makanan, mak cik tsb dibungkuskan snack khas pesawat Malaysia Airlines tsb.
Setelah tiba di KLIA, saya menanyakan di gate berapa untuk penerbangan ke Frankfurt ternyata di gate C6. Saya terakhir ke KLIA 2015 ketika berkunjung ke Johor. Empat tahun mengubah banyak hal. Termasuk KLIA, yang sangat terlihat adalah pembagian tempat untuk tujuan seperti West Zone itu ke Eropa begitu juga dengan toko-toko dan lainnya.
Selanjutnya saya mencari Surau melabuhkan hati sebelum melanjutkan perjalanan. Sebenarnya di KLIA yang paling saya penasarankan adalah, masjidnya karena dalam liputan terakhir Malaysia sudah meresmikan masjid terbaru di ramadhan kemaren di KLIA masjidnya memuat beribu2 jamaah. Mungkin masih jauh dari sini akhirnya saya memutuskan untuk mencari tempat duduk sekitar gate c6.
Karena masih lama saya mencoba menghubungi om Fren salah satu keluarga kita yg bekerja sebagai kepala garuda cabang Malaysia, ah ternyata beliau lagi ngak di bandara.
Ketika inilah rasa haus yang sangat muncul, ketika mau beli saya menyadari bahwa saya tidak ada ringgit, cuma ada rupiah dan euro. Apalagi mau makan bekal yg di siapkan andung ngak akan bisa tanpa air, saya mencoba membunuh waktu dengan menelpon adik2 mengabari kalau udah di Kuala Lumpur video call deh... Setelah selesai saya menyadari bahwa saya punya buah itu bisa pengobat lapar dan haus....
Akhirnya penumpang pesawat condor mulai berdatangan terutama mak cik2 akhirnya saya punya teman ngobrol. Beliau satu paket tour dengan teman-temannya akan holiday ke frankfurt dan negara sekitar. Walau saya bisa bercakap melayu kemudian mak ciknya bilang, awak dari mana sebab wajah awak macam wajah orang Indonesia katanya, saya dengan tersenyum menjawab ya....
Kemudian datang lagi mak cik duduk kat saya, awak dah makan, saya jawab belum encik saya tak selera karena makanan di flag malaysia airlines tak sesui sama saya.
Dan dia menawarkan roti khas malaysia, terimakasih mak cik...
0 comments