Serobat: Minuman Terenak Khas Minangkabau

July 27, 2019

Setelah mengurus sebuah document penting di kabupaten Agam, Rabu 10 Juli 2019, saya bersama beberapa teman, Jalan-jalan mengelilingi Bukittinggi dengan agenda Jelajah Fort De Kock Tempo Doeloeterkait cerita ini akan saya ulas ditulisan selanjutnya. Tiba waktu makan siang, kita singgah di rumah makan Nasi Kapau Uni Lis,  tempat langganan teman saya ketika main ke Pasar Ateh. Sungguh setelah capek mengelilingi beberapa situs sejarah kemudian di hidangkan nasi kapau yang nikmatnya tiada terkira.

Ketika sedang asyik menikmati Nasi Kapau, saya melirik ke tulisan list minuman pada etalase kedai, ada satu jenis minuman yang baru saya baca tulisannya Srobat/Bandrek. Maka saya bertanya, Srobat itu apa ja, syah?(teman perjalanan saya kali ini adalah Miza yang biasa dipanggil Ija, dan Aisyah ysaya memanggilnya syah atau Ija memanggilnya Isah) perkenalkan mereka adalah perempuan keren yang terjun ke dunia bisnis kuliner dan kata clue untuk mengenal mereka adalah ‘Coody Ramen Padang,buat yang kepo telusuri di ig dan webnya yah.

Kemudian mereka menjelaskan bahwa Srobat itu minuman khas Minangkabau, yang kaya akan rempah sebagai ciri khas Minangkabau. Ija dan Aisyah menjanjikan untuk mengajak saya mencoba minuman tersebut di Padang tepatnya di simpang Aru dan bapak penjualnya akan menceritakan banyak hal tentang Srobat. Besok harinya, Kamis tanggal 12 Juli. Kita melanjutkan jalan-jalan ke daerah Matua untuk menikmati Puncak Lawang, sepulang dari Puncak Lawang yang memberikan banyak inspirasi, kita berhenti di Tugu Polwan Bukittinggiuntuk menikmati Martabak Mesir. Sebelum melanjutkan perjalanan ke daerah Solok. Ketika itu, saya kembali menemukan Srobat dengan ejaan Serobatdengan pilihan varian Serobat original, Serobat susu, dan Serobat Telur.


Begitu senangnya, saya langsung memesan Serobat Telor tanpa sempat bertanya kepada penjual terkait rempah apa saja yang terkandung dalam minuman ini dan saya hanya dapat melihat sang bapak yang sedang membuat Serobat dari balik etalase, yang mana telurnya dikocok menggunakan mesin. Ketika disajikan, saya langsung mencobanya tanpa mengaduknya terlebih dulu. Tebalnya buih telur yang terpisah dari air Serobat menjadikan rasa telur lebih dominan. Namun, ketika Serobat sudah diaduk dan semua komposisinya tercampur sempurna, sehingga dapat dirasakan perpaduan rempah yang hangat dan campuran kuning telur yang telah mengembang memberikan rasa krimi yang nikmat. Saya menduga-duga beberapa campuran rempah yang menghangatkan seperti serai, kayu manis dan lainnya yang membuat saya sungguh kepo jadinya. Kita bertiga bersepakat kalau minuman ini benar-benar enak banget. Nggak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata dan membuat saya tidak sabar untuk hunting Serobat ketika di Padang.

Setelah menuntaskan beberapa project kehidupan, akhirnya kita menemukan waktu yang tepat pada Kamis malam, 25 Juli 2019, kita 4 orang gadis Minang pergi ke tempat Serobat tersebut, ternyata yanga ada disana semua bapak-bapak, kami hanya berdiri dengan malu-malu, tentu mereka heran baru kali ini rame pelanggannya yang perempuan. Bapak-bapak yang sudah memenuhi tempat langsung bergesar merapat ke meja sebelah agar kami mendapat tempat.

Lalu Ija langsung memberi pengantar dan endorse terkait saya dengan tujuan mau tau sejarah serobat. Teman-teman saya langsung duduk dan mengambil tempat dan menikmati beberapa cemilan yang di jual, seperti gorengan dan kerupuk, dan kita langsung memesan Serobat original 1, serobat susu 1, dan serobat telor 2 (karena ingat yang di Bukittinggi enak sekali).

Ketika sang bapak meracik serobat, kesempatan ini saya gunakan untuk mengungkapkan rahasia dibalik serobat. Bapak serobat Simpang Aru dengan santai menceritakan. Karena langsung ke intinya saya lupa mmeperkenalkan diri dan menanyakan siapa nama beliau, sehingga dipertengahan pertemuan itu teman-teman beliau mentertawakan saya karena keceplos manggil beliau bapak Serobat Simpang Aru”….  ternyata beliau akrab di panggil sehari-hari pak Nursal.

Pak Nursal memulai usaha Serobat kurang lebih sudah lima tahun. Racikan bumbu warisan dari orangtua beliau semenjak tahun 1970an, tapi orangtuanya bukanlah pengusaha serobat, malahan mewariskan ilmunya yang ada ke orang lain untuk membuat serobat dan baru sekarang beliau melanjutkan usahanya. Resep serobat yang dipunyai orang tua pak Nursal tidak terlepas dari hubungan baik berteman dengan orang India atau kita mengenalnya di Padang orang Kaliang (Keling) dari orang India tersebutlah beliau belajar bagaimana rempah dalam membuat Serobat.

Sambil memasukkan susu ke dalam gelas untuk pesanan kami, pak Nursal menceritakan. Serobat ini resep utamanya saya beli ke orang India tidak terlepas peran dai arah saya, kemudian saya tambah dengan racikan bumbu sendiri seperti jahe tentunya, kemudian serai yang bagus untuk kesehatan untuk aliran INHa atau pernapasan, kemudian kulit kayu manis , bumbu tersebut rahasia serobat keluarga saya, ada satu lagi bumbu yang disebutkan tapi saya lupa.

Setiap orang yang membuat serobat akan beda rasanya tambah beliau, karena pasti punya jenis rempah yang berbeda dan itu rahasia dapur masing-masing. Kalau serobat yang saya buat, adonan rempahnya tiap hari saya buat dalam wadah itu sambil menunjuk sebuah alat seperti dandang yang selalu dipanaskan dan beliau tinggal mutar kran ketika mengambil serobat, saya langsung melihat ke alat tersebut dan serobat sudah ditampung dalam gelas yang sudah terisi dengan aroma wangi yang asapnya masih mengepul karena selalu panas. Nak serobat ini beda dengan tempat lain, mereka menyimpan dalam tabung sirup ketika dibutuhkan tinggal mereka tuangkan kedalam gelas kemudian ditambahkan air hangat.

Terkait nama sebenarnya terpisahantara ser dengan obat.  Sir/Ser(artinya rahasia), kemudian Obat, jadi maksudnya adalah rahasia obat sebagian orang menyebutnya srobat dan ini khusus dari daerah kita Minangkabau. Sedangkan di daerah lain minuman dengan campuran jahe dan gula ada juga seperti seperti sraba di sulawesi, ronde di sulawesi juga, atau daerah Jawa Bandrek, bajigur, wedang, skotang. Intinya jahe pakai gula. Selain disini di Padang ada di sekitar daerah Jambatan Siti Nurbaya, di sekitar jambatan Gantuang. Di Minangkabau dulunya serobat ini dihidangkan menjadi minuman keseharian di rumah, di acara pesta pernikahan , batagak gala penghulu, atau ketika di surau Tadarus Al Quran, untuk melancarkan suara, minuman Serobat menjadi sebuah keharusan untuk dihidangkan, sekarang orang sudah tidak mengenal apalagi anak muda, pak nursal bercerita sampai berhenti mengaduk bumbu. Disana saya memperhatikan, untuk serobat telor beliau menambahkan susu.

Setelah selesai beliau langsung menghidangkan dan kami mencoba saling mencicipi pesanan masing-masing. kemudian datang pelanggan tanpa sang pelanggan pesan beliau langsung bikin. Dan tampilannya beda dari yang kami pesan dan ternyata itu adalah serobat teh talua. Sedang asyik menikmati serobat datang dua teman kami menyusul karena selain minum serobat misi kita adalah sambil bercerita dan berbagi inspirasi, apalagi salah seorang dari kami, baru saja selesai sidang skripsi dan dia hadir dengan baju hitam putih lengkap dengan dasi. Dan kami menyarankan untuk memesan Serobat Teh Talua, maka semakin ramelah “Serobat pak Simpang Aru”


Setelah selesai dan hari juga sudah sangat tenggelam dalam malam, ketika kita mau pamit. Tiba-tiba pelanggan setia pak Nursal nimbrung ikut bercerita dengan kami, bahwa biasanya anak Unand rame kesini. Kemudian saya langsung menimpali bahwa kami juga anak Unand dan saya memperkenalkan satu persatu, pembicaraan kita semakin seru, apalagi kalau sudah memperkenalkan wilayah masing-masing dan suku ternyata yang ngopi di sebelah mamak awak…..

Ketika akan pamit barulah cerita akan mencapai puncaknya, bagaimanapun juga tentu kami sebagai gadis Minangkabau menyimpan rasa segan yang dalam dan tinggi tapi sudah waktunya pulang dan menutup “Hunting Serobat” malam ini. Yang jelas pertemuan singkat di Serobat pak Nursal di Simpang Aru yang bernama “Serobat Gaza” selain menggali tentang sejarah serobat dan manfaat serobat yang luar biasa untuk kesehatan apalagi kalau Serobat ada di daerah dingin seperti di Lembah Gumanti  “Negeri Dingin Tanpa Salju” ini sangat bermanfaat sekali. Kemudian ternyata banyak kuliner Minangkabau yang sudah hilang yang perlu diperkenalkan kembali dengan kreatif terutama Serobat ini, apalagi yang hadir di Ota lapau kali ini adalah para aktivis, akademis, juga pebisnis. Kadang mencari inspiriasi tidak harus di cafe yang rapi dan nge hits ala anak muda sekarang, cukup di gerobak kaki lima, disana kita akan bertemu banyak hal apalagi curhatan dan pengalaman bapak langganan Serobat. Suatu layanan yang istimewa diceritakan oleh bapak yang langganan disana. Kalau dia hadir disana tinggal duduk tidak perlu pesan, karena pak Nursal ternyata hafal apa kesukaan dari masing-masing langganannya….

Saya Wahyu Suri Yani menulis ini untuk mengenalkan Serobat, karena ketika saya mencari tulisan tentang serobat di mbah Google ternyata hanya ada dua, ini sungguh menyedihkan, dan ini perlu perhatian kita sebagai anak muda. Terimakasih kepada Miza dan Aisyah yang sudah memperkenalkan Serobat dan memberikan masukan untuk tulisan ini…..


You Might Also Like

0 comments

FOLLOW ME IN

Twitter Facebook Instagram

Advertise

Get All The Latest Updates Delivered Straight Into Your Inbox For Free!