Dalam menjalani kehidupan dan mencapai cita banyak halangan rintangan yang kita hadapi, bahkan kita harus singgah diberbagai perhentian yang tidak kita hendaki. Kadang kala ketika kita singgah kita tergoda dengan suasana tempat perhentian tersebut. Kadang malah kita merasa cukup dengan apa yang ada ditempat perhentian tersebut. Akhirnya tujuan utama terlupakan dan tidak tercapai.
Foto ini adalah salah satu ilustrasi dari tujuan perjalanan tersebut. Foto ini di ambil tanpa ada planning hasilnya akan seperti ini ketika “Jelajah Fort De Kock” . Dan kita tidak menyadari kalau tempat yang kita foto ini sungguh unik. Setelah memperhatikan dengan seksama foto ini kaya akan makna dan tafsiran. Hal ini menjadi pelajaran buat saya dan para sejarawan lainnya dalam mentafsirkan foto sebagai arsip. Apalagi sekarang dengan perkembangan media, foto menjadi sumber yang mudah didapatkan. Kalau zaman kolonial hingga orde baru foto masih menjadi sumber elit. Karena foto adalah barang mewah yang hanya digunakan dan dicicipi untuk kepentingan pemerintah, orang kaya dan para pejabat, tapi sekarang tidak lagi. Ini adalah tantangan terbesar untuk para sejarawan.
Dalam foto ini banyak penafsiran yang bisa dibuat, pertama ternyata bangunan bagonjong lambang Ranah Minang itu menjual minuman dengan label ‘Bintang’, kedua wah gadis yang berkerudung itu menuju bangunan yang menjual minuman ‘bintang’ itu, ketiga gadis berjilbab dalam perjalanan dari suatu tempat sekarang menuju mobilnya yang parkir di bangunan bergonjong yang menjual minuman Bintang dan adiknya yang di seberang jalan dah lama menunggu karena uninya terlalu lama meninggalkannya di mobil.
Sebenarnya foto ini adalah hasil percobaan dari beberapa jepretan atau bisa dikatakan ini hasil potret yang gagal, tapi bukankah kegagalan itu mempunyai banyak pelajaran dan hikmah. Foto ini diambil ketika suasana lagi sepi, kendaraan tidak ada yang lewat tapi ketika siap-siap untuk foto yang sesungguhnya kendaraan lewat sampai membuat macet persimpangan strategis tersebut yang terletak di samping hotel Rocky dan di belakang Jam Gadang. Ketika akan ambil spot ini kita tidak melihat ada lambang minuman berbintang tersebut. Setelah beberapa kali melihat foto ini baru kita menyadari. Tapi apakah bangunan bergonjong tersebut adalah toko minuman berbintang atau hanya iklan minuman berbintang tsb, saya tidak mengetahui.
Mungkin ada dunsanak pembaca yang mengetahui, yang jelas tentu itu berlawanan dengan falsafah Rumah bergonjong dengan minuman berbintang. Karena rumah bergonjong tidak bisa dipisahkan dari “Adat Basandi Sarak Sarak Basandi Kitabullah”, atau itu menjelaskan potret yang sebenarnya Minangkabau hari ini? Kita tunggu hasil penelitian terkait ini.
Begitu juga penafsiran dan komen yang diberikan orang terhadapa apa yang kita lakukan. Karena orang akan mempunyai pola fikir dan penafsiran yang berbeda. Lalu apakah kita akan patah arang dan mundur dengan penafsiran yang ada sedangkan tujuan akhir kita masih jauh. Dan semua itu tidaklah benar. Disinilah kematangan dan kedewasaan berfikir dan tindakan kita diuji. Apakah kita akan hidup sesuai dengan apa yang orang lain inginkan atau bagaimana? Karena apa yang kita lakukan dan kalau kita hidup berharap pujian dan pembenaran dari orang lain kesempurnaan ini tidak akan pernah kita temukan. Sejatinya kita adalah perantauan yang punya tempat pulang akhir, apa yang kita lakukan hari ini menggambarkan dan mengantarkan kepada tujuan akhir tersebut neraka atau Sorga. Tentu semua orang menginginkan itu, tapi kita perlu persiapan dan mengukur diri apakah kita berhak dan pantas. wallahualam....